Dalam tradisi Islam, konsep keutamaan manusia selalu dikaitkan dengan akhlak, perilaku, dan kontribusi yang diberikan kepada masyarakat.
Salah satu hadis yang terkenal menyebutkan, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Baca Juga: Jabal Tsur: Kisah dan Keistimewaannya dalam Sejarah Islam
Pernyataan ini menyoroti betapa pentingnya peran individu dalam menciptakan dampak positif di lingkungan sekitar mereka.
Oleh karena itu, kita perlu memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan “bermanfaat” dan bagaimana hal ini tercermin dalam ajaran Islam.
Makna “Bermanfaat” dalam Islam
Kata “bermanfaat” dalam konteks ini tidak terbatas pada tindakan-tindakan besar atau penting yang dilakukan oleh seseorang.
Baca Juga: Perbedaan Haji Plus dan Haji Furoda: Penjelasan Lengkap!
Manfaat hadir dalam hal kecil, seperti senyum, membantu, atau berbagi ilmu.
Menurut ajaran Islam, setiap tindakan yang membawa kebaikan bagi orang lain merupakan cerminan dari iman seseorang.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah Kami utus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya: 107)
Ayat ini menunjukkan bahwa misi setiap manusia, terutama umat Islam, adalah untuk menjadi rahmat dan membawa manfaat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk diri sendiri.
Dengan demikian, kita diajarkan untuk menjadi sosok yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan orang lain.
Karakteristik Manusia yang Bermanfaat
Sebaik-baiknya manusia dapat dikenali melalui beberapa karakteristik yang mencerminkan kebermanfaatan mereka. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
- Empati: Individu yang bermanfaat memiliki rasa empati yang tinggi. Mereka mampu merasakan kesulitan dan penderitaan orang lain, dan berusaha untuk meringankan beban tersebut. Empati menjadi dasar untuk berbuat baik dan membantu sesama.
- Integritas: Kejujuran dan integritas adalah fondasi dari karakter manusia yang baik. Dalam lingkungan sosial, tindakan jujur dan adil akan membangun kepercayaan serta menciptakan harmoni.
- Konsistensi dalam Perbuatan Baik: Manusia yang bermanfaat tidak hanya melakukan kebaikan pada saat tertentu, tetapi konsisten dalam upaya-upaya mereka untuk membantu orang lain. Hal ini mencerminkan keikhlasan dan ketulusan dalam berbuat baik.
- Pendidikan dan Penyebaran Ilmu: Islam sangat mengedepankan pencarian ilmu. Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang tidak hanya mengejar pengetahuan untuk diri sendiri, tetapi juga berupaya untuk menyebarluaskannya kepada masyarakat. Dalam hal ini, mereka membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan kesadaran masyarakat.
Keterlibatan Sosial
Salah satu cara untuk menjadi manusia yang bermanfaat adalah dengan terlibat aktif dalam kegiatan sosial.
Di berbagai komunitas, banyak peluang untuk membantu, mulai dari program pengabdian masyarakat, donasi darah, hingga kegiatan amal.
Salah satu teladan yang sangat layak dicontoh adalah Rasulullah SAW, yang selalu terlibat dalam setiap aspek kehidupan sosial masyarakatnya.
Rasulullah mengajarkan umatnya untuk saling menyayangi, membantu, dan mendukung satu sama lain.
Hal ini tercermin dalam sabdanya: “Siapa yang tidak peduli terhadap urusan umat Islam, maka ia bukanlah golonganku.” (HR. Muslim)
Kesimpulan
Dalam pandangan Islam, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberikan manfaat bagi orang lain.
Konsep ini bukan hanya sekadar tuntutan moral, tetapi juga merupakan panggilan spiritual untuk setiap Muslim agar senantiasa berusaha memberikan yang terbaik untuk masyarakat.
Manfaat yang sejati mencakup berbagai aspek, mulai dari sikap empatik, integritas, pendidikan, hingga keterlibatan dalam kegiatan sosial.
Ketika setiap individu berusaha untuk menjadi bermanfaat, mereka tidak hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga berkontribusi pada perubahan positif dalam masyarakat.
Oleh Karena itu, mari kita berkomitmen memberi manfaat bagi sesama demi hidup yang bermakna dan penuh berkah.