Di antara hari-hari istimewa dalam Ramadan, 10 malam terakhir Ramadan memegang peranan penting karena ada malam Lailatul Qadar, malam yang keutamaannya melebihi seribu bulan.
Seiring berjalannya waktu, para ulama telah memberikan contoh nyata melalui dedikasi dan konsistensi mereka dalam menghidupkan malam-malam tersebut.
Artikel ini mengulas kisah inspiratif para ulama dan bagaimana mereka mengoptimalkan waktu ibadah pada 10 malam terakhir Ramadan.
Keutamaan 10 Malam Terakhir Ramadan
10 malam terakhir Ramadan adalah periode puncak keimanan dan ketaqwaan. Di antaranya terdapat malam Lailatul Qadar yang disebutkan dalam Al-Qur’an dengan keutamaan yang sangat besar.
Ayat-ayat Al-Qur’an menjelaskan bahwa satu malam tersebut lebih baik dari seribu bulan, sehingga beruntung bagi kita yang memperbanyak ibadah, doa, dan introspeksi diri.
Baca Juga: Keutamaan Umroh Bulan Ramadhan: Mengapa Sangat Istimewa?
Para ulama menekankan pentingnya malam ini sebagai momentum untuk membersihkan hati dan memperbaiki diri melalui amal ibadah yang konsisten.
Kisah Inspiratif Para Ulama
1. I’tikaf dan Konsistensi dalam Ibadah
Banyak ulama terdahulu yang menjalankan i’tikaf dengan penuh dedikasi. Misalnya, para ulama di masa dulu selalu memilih untuk mengurung diri di masjid dalam 10 malam terakhir Ramadan guna fokus kepada ibadah.
- Imam Al-Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumuddin menguraikan pentingnya memanfaatkan waktu malam dengan membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan berdoa secara khusyuk. Beliau mencontohkan bagaimana meluruskan niat dan pikiran agar terlepas dari hiruk pikuk dunia sehingga dapat meraih kedekatan dengan Allah.
- Imam Nawawi melalui kumpulan haditsnya dalam Riyadhus Shalihin memberikan petunjuk praktis tentang amalan-amalan sunnah yang bisa dilakukan di malam-malam istimewa ini, seperti memperbanyak shalawat dan doa.
2. Keikhlasan dalam Doa
Para ulama juga dikenal dengan keikhlasan mereka dalam berdoa. Mereka mengajarkan bahwa keutamaan malam tersebut bukan hanya terletak pada aktivitas ibadah saja, tetapi juga pada kekhusyukan hati dan keikhlasan dalam memohon ampunan serta rahmat Allah.
- Kisah-kisah dari para ulama menunjukkan bahwa setiap tetes air mata yang jatuh saat berdoa merupakan bukti kerendahan hati dan pengakuan atas kelemahan manusia di hadapan Sang Pencipta.
- Mereka mencontohkan bagaimana doa yang dipanjatkan dengan sepenuh hati dapat menjadi sarana perubahan hidup yang mendalam, mengingatkan umat untuk selalu kembali kepada-Nya dalam keadaan apa pun.
3. Pengorbanan
Tak jarang, para ulama memilih untuk mengurangi interaksi dengan dunia luar demi konsentrasi penuh dalam ibadah.
- Dalam tradisi i’tikaf, mereka menempatkan waktu untuk tafakur, membaca Al-Quran, dan mengingatkan diri tentang kefanaan dunia.
- Pengorbanan mereka bukan semata-mata untuk mendapatkan pahala, melainkan sebagai bentuk kecintaan dan ketaatan yang mendalam kepada Allah. Kisah-kisah ini menginspirasi umat Islam untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut.
Amalan dan Ibadah yang Dianjurkan
Berdasarkan teladan para ulama, terdapat beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk mengisi 10 malam terakhir Ramadan:
- I’tikaf: Mengurung diri di masjid untuk menghindari gangguan dunia dan fokus kepada ibadah.
- Tilawah Al-Qur’an: Membaca dan merenungkan makna ayat-ayat suci dengan khusyuk.
- Dzikir dan Shalawat: Memperbanyak zikir sebagai bentuk pengingat akan kehadiran Allah dalam setiap detik kehidupan.
- Doa Khusus: Memohon ampunan, petunjuk, dan keberkahan, serta berdoa untuk kebaikan umat.
- Sedekah: Memanfaatkan momen ini untuk berbagi dengan sesama sebagai bentuk penguatan solidaritas sosial dan keimanan.
Para ulama selalu mengingatkan bahwa kualitas ibadah jauh lebih penting daripada kuantitas.
Intensitas dan keikhlasan dalam setiap amalan menjadi kunci utama untuk mendapatkan keberkahan dari malam-malam tersebut.
Untuk Sahabat Annisa Travel yang saat ini sedang menjalankan Ibadah Umroh Lailatul Qadr semoga tujuan awal tetap terjaga, yaitu mengharap ridho-Nya dalam setiap gerak dicatat sebagai pahala. Amin
Menerapkan Nilai-Nilai Ulama dalam Kehidupan Modern

Di era modern, meskipun tuntutan pekerjaan dan teknologi kerap mengganggu konsentrasi, nilai-nilai yang diajarkan para ulama tetap relevan. Umat Islam dapat menerapkan:
- Manajemen Waktu: Menentukan jadwal khusus untuk ibadah di tengah kesibukan.
- Digital Detox: Mengurangi penggunaan gadget agar lebih fokus pada ibadah dan introspeksi diri.
- Komunitas Ibadah: Bergabung dengan komunitas atau pengajian untuk saling menguatkan dalam menjalankan amalan selama 10 malam terakhir Ramadan.
- Refleksi Pribadi: Meluangkan waktu untuk mengevaluasi diri, memperbaiki kekurangan, dan menetapkan resolusi spiritual untuk masa depan.
Kesimpulan
10 malam terakhir Ramadan merupakan kesempatan emas untuk meraih keberkahan dan mendekatkan diri kepada Allah.
Kisah-kisah inspiratif para ulama memberikan teladan nyata tentang pengorbanan, keikhlasan, dan konsistensi dalam ibadah.
Dengan meneladani mereka, kita sebagai umat Islam diharapkan dapat mengoptimalkan malam-malam penuh rahmat ini melalui i’tikaf, dzikir, doa, dan berbagai amalan sunnah lainnya.
Semoga setiap langkah dan pengorbanan yang dilakukan menjadi ladang pahala dan sarana perubahan hidup yang mendalam.