Banner Umroh Plus Nobar Timnas

Mengulik Sejarah Tembok Ratapan, Dinding Masjidil Aqsa yang Diperebutkan

Galmare Yulia R

Tembok Ratapan, dinding terluar dari Masjidil Aqsa

Salah satu bagian dari kompleks Masjidil Aqsa adalah sebuah dinding besar yang dikenal umat Muslim sebagai Dinding Al-Buraq.

Dinding ini secara internasional lebih dikenal dengan sebutan Tembok Ratapan atau Western Wall. Ia bukan hanya menjadi situs keagamaan, tetapi juga simbol sejarah panjang yang melibatkan tiga agama samawi yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen.

Di balik kesakralannya, Tembok Ratapan menyimpan kisah perebutan yang menjadikannya salah satu titik konflik paling rumit di dunia.

Untuk memahami mengapa dinding ini begitu diperebutkan, kita perlu melihat kembali sejarahnya sejak ribuan tahun lalu.

Sejarah Singkat Tembok Ratapan

Kertas doa yang diselipkan di antara celah-celah tembok ratapan

Tembok Ratapan adalah sisa dinding luar dari Bait Suci Kedua kaum Yahudi, yang dibangun kembali oleh Raja Herodes pada abad pertama sebelum masehi.

Dinding ini tersusun dari batu-batu raksasa, beberapa di antaranya memiliki berat ratusan ton. Panjang yang masih tampak sekarang sekitar 57 meter dari total panjang aslinya yang mencapai 485 meter.

Baca Juga: Paket Ziarah Negeri Para Nabi 3 Negara: Mesir-Palestina-Jordan

Tingginya sekarang sekitar 19 meter, meski sebagian besar struktur aslinya terkubur di bawah tanah.

Bagi umat Yahudi, Tembok Ratapan dianggap sebagai tempat paling suci untuk berdoa karena letaknya dekat dengan Ruang Maha Kudus (Holy of Holies) dari Bait Allah yang telah hancur.

Sejak berabad-abad lalu, umat Yahudi datang ke sini untuk meratap, berdoa, dan menyelipkan doa-doa tertulis di celah-celah batu. 

Tradisi ini masih berlangsung hingga sekarang dan menjadi simbol kerinduan mereka akan kembalinya Bait Suci.

Hubungan dengan Masjid Aqsa

Wisatawan mengunjungi tembok ratapan

Dalam pandangan Islam, Tembok Ratapan adalah bagian dari kompleks suci Masjidil Aqsa (dikenal juga sebagai Al-Haram Al-Sharif dalam literatur internasional) di Yerusalem.

Umat Muslim menyebutnya sebagai Dinding Al-Buraq, merujuk pada kisah Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW. Menurut riwayat, di dinding inilah beliau menambatkan Buraq sebelum naik ke langit menuju Sidratul Muntaha.

Karena letaknya berada di dalam kawasan Masjidil Aqsa, umat Muslim meyakini bahwa dinding ini tidak bisa dipisahkan dari kesucian Aqsa. 

Maka, Tembok Ratapan dipandang sebagai bagian integral dari masjid ketiga tersuci setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Mengapa Tembok Ratapan Diperebutkan?

Perebutan ini berakar dari perbedaan sudut pandang agama sekaligus perebutan kontrol politik atas Yerusalem.

  • Bagi Yahudi, Tembok Ratapan adalah simbol iman dan identitas, sisa terakhir Bait Suci yang menjadi pusat spiritual mereka.
  • Bagi Muslim, dinding ini bagian dari kompleks Masjidil Aqsa yang kesuciannya dilindungi dan tidak boleh dipisahkan.
  • Bagi Kristen, meski tidak sekuat dua agama lainnya, Tembok Ratapan tetap memiliki makna sejarah sebagai bagian dari Yerusalem, kota yang berhubungan dengan perjalanan Yesus.

Konflik semakin rumit setelah Perang Enam Hari 1967, ketika Israel mengambil alih Yerusalem Timur, termasuk Tembok Ratapan dan kawasan Al-Aqsa. 

Baca Juga: Paket Tour Wisata Spiritual Journey of Irak 8 Hari 6 Malam

Sejak saat itu, dinding ini menjadi simbol perebutan kedaulatan antara Israel dan Palestina, serta isu global yang melibatkan dunia internasional.

Kondisi Terkini Tembok Ratapan

Western wall

Saat ini, Tembok Ratapan berada di bawah kontrol Israel dan menjadi salah satu destinasi utama wisata rohani Yahudi. Ribuan orang datang setiap harinya untuk berdoa, baik warga lokal maupun peziarah dari berbagai negara.

Selain sebagai tempat ibadah, kawasan ini juga terbuka untuk wisata umum. Pengunjung dari berbagai latar belakang seperti Muslim, Kristen, maupun wisatawan non-religius bisa menyaksikan langsung tradisi doa di depan dinding bersejarah ini.

Namun, letaknya yang bersebelahan langsung dengan Masjid Al-Aqsa sering memicu ketegangan. Konflik muncul terutama ketika ada pembatasan akses bagi umat Muslim atau kegiatan tertentu yang dianggap mengganggu kesucian kawasan tersebut.

Karena itulah, Tembok Ratapan hingga kini tetap menjadi salah satu titik paling sensitif dalam konflik Palestina dan Israel. Setiap tindakan kecil berpotensi memicu reaksi besar.

Penutup

Hingga hari ini, Tembok Ratapan tetap berdiri sebagai tempat doa dan simbol iman yang mendalam bagi banyak orang.

Ia adalah saksi bisu sejarah panjang umat manusia, tempat bertemunya tiga keyakinan besar dunia, sekaligus simbol konflik yang hingga kini belum menemukan jalan damai.

Memahami sejarah dan makna di baliknya bisa membantu kita melihat bahwa persoalan ini jauh lebih kompleks dari sekadar perebutan tempat ibadah. Pada dasarnya, ia menyangkut persoalan iman, identitas, dan kedaulatan.

Bagikan:

Banner Umroh Plus Nobar Timnas

Tags

Galmare Yulia R

A passionate storyteller who loves creating words that inform and inspire.

Leave a Comment