Banyak jamaah tanpa sadar masih melakukan kesalahan sa’i karena kurang memahami tata cara yang benar.
Sa’i sendiri merupakan rangkaian ibadah penting yang dilakukan dengan berjalan atau berlari kecil antara Bukit Shafa dan Marwah, meneladani perjalanan Siti Hajar dalam mencari air untuk Nabi Ismail.
Karena menjadi salah satu rukun dalam umroh maupun haji, kesalahan dalam pelaksanaannya bisa mempengaruhi kesempurnaan ibadah.
Yuk, kenali kesalahan yang sebaiknya dihindari agar sa’i yang dilakukan lebih khusyuk dan sesuai tuntunan.
1. Menganggap Sa’i Kurang Sempurna Jika Tidak Naik ke Puncak Bukit Shafa atau Marwah
Sebagian jamaah masih beranggapan bahwa sa’i baru dianggap sah jika mereka naik hingga ke puncak bukit Shafa atau Marwah.
Padahal, dalam syariat yang benar, jamaah cukup berjalan sampai ke lereng bukit saja.
Tidak ada kewajiban untuk mendaki sampai ke atas, sehingga tidak perlu memaksakan diri apalagi jika kondisi fisik tidak memungkinkan.
2. Sa’i Dilakukan Sebanyak 14 Kali Putaran
Kesalahan sa’i yang sering terjadi adalah salah memahami jumlah putaran. Sebenarnya, sa’i dilakukan sebanyak 7 kali putaran bolak-balik antara Shafa dan Marwah.
Baca Juga: Daftar Perlengkapan Umroh untuk Wanita & Pria, Paling Lengkap!
Secara teknis, sa’i dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwah. Contohnya, perjalanan dari Shafa ke Marwah dihitung sebagai putaran pertama, lalu kembali dari Marwah ke Shafa dihitung sebagai putaran kedua.
Dengan memahami jumlah putaran yang benar, jamaah bisa menunaikan ibadah dengan lebih tenang, khusyuk, dan sesuai sunnah.
3. Berlari-lari Kecil di Semua Putaran
Sa’i tidak dikerjakan dengan tergesa-gesa atau berlari kecil di setiap putaran.
Sunnah berlari-lari kecil hanya berlaku bagi jamaah laki-laki saat melewati area antara dua tiang hijau. Sedangkan untuk jamaah wanita, cukup dengan berjalan lebih cepat tanpa harus berlari.
Kesalahan ini masih sering ditemui karena sebagian jamaah hanya meniru gerakan orang di sekitarnya, tanpa memahami ketentuan yang sebenarnya.
4. Melakukan Idh-tiba Saat Sa’i
Idh-tiba adalah sunnah bagi laki-laki saat tawaf, yaitu membuka bahu kanan dengan meletakkan kain ihram di bawah ketiak kanan dan menyampirkannya di atas bahu kiri.
Saat menjalankan ibadah sa’i, idh-tiba tidak dilakukan, karena tindakan ini bukan bagian dari tuntunan.
Melakukannya justru termasuk kesalahan, meskipun tidak membatalkan ibadah.

5. Bertakbir Seperti Ketika Sholat Saat Naik ke Bukit Shafa dan Marwah
Ada sebagian jamaah yang masih keliru dengan menganggap bahwa ketika sampai di bukit Shafa atau Marwah, mereka perlu bertakbir dengan gerakan dan bacaan seperti dalam sholat.
Namun kenyataannya, hal tersebut bukanlah tuntunan dari Rasulullah SAW.
Yang disunnahkan ketika berada di bukit Shafa atau Marwah adalah berdoa, memuji Allah, serta membaca takbir dengan menghadap kiblat.
6. Melanjutkan Sa’i Meski Waktu Sholat Telah Tiba
Kesalahan sa’i lain yang cukup sering dilakukan jamaah adalah tetap meneruskan sa’i meskipun waktu sholat sudah masuk.
Sebagian orang merasa sayang untuk berhenti di tengah perjalanan karena takut kehilangan ritme ibadah.
Namun, ketika adzan berkumandang di Masjidil Haram, sebaiknya jamaah berhenti sejenak untuk menunaikan sholat terlebih dahulu. Setelah selesai sholat, sa’i bisa dilanjutkan kembali dari titik terakhir yang ditinggalkan.
Dengan cara ini, dua ibadah penting tetap bisa berjalan beriringan: kewajiban sholat tetap terjaga pada waktunya, dan pelaksanaan sa’i pun tetap sah serta sempurna.
7. Melaksanakan Sholat 2 Rakaat Setelah Sa’i
Tidak sedikit jamaah yang beranggapan bahwa setelah selesai sa’i ada sunnah sholat dua rakaat, mirip seperti setelah tawaf.
Baca Juga: Arti Teriakan Askar: Aba-Aba Penting yang Perlu Jamaah Ketahui
Padahal, anggapan ini keliru. Dalam tuntunan ibadah haji maupun umroh, tidak ada anjuran khusus untuk melaksanakan sholat setelah sa’i.
Yang dianjurkan justru adalah memperbanyak doa dan dzikir, sebagai ungkapan syukur atas rangkaian ibadah yang baru saja ditunaikan.
8. Merasa Sa’i Harus Segera Dikerjakan Setelah Tawaf
Kesalahan sa’i lainnya adalah anggapan bahwa sa’i harus langsung dilaksanakan begitu selesai tawaf.
Kenyataannya, jamaah diperbolehkan untuk beristirahat sejenak sebelum memulai sa’i, terutama jika merasa lelah.
Dengan memberi waktu tubuh untuk kembali bertenaga, ibadah bisa dijalankan dengan lebih khidmat dan tertib.
Penutup
Sa’i bukan sekadar perjalanan bolak-balik dari Shafa ke Marwah, tapi ada adab dan tata cara yang perlu diperhatikan.
Kadang, tanpa sadar kita bisa melakukan kesalahan sa’i, misalnya mengira harus berlari di setiap putaran atau tetap melanjutkan meski adzan sudah berkumandang.
Dengan memahami hal-hal tersebut, kamu bisa menjalani sa’i dengan lebih ringan, khusyuk, dan sesuai sunnah. Ingat, ibadah akan terasa lebih indah kalau dilakukan dengan ilmu.
Semoga setiap langkahmu di antara Shafa dan Marwah menjadi amal yang penuh keberkahan.